MANTAN TERINDAH

Lirik lagu Kahitna – Mantan Terindah :

Mengapa engkau waktu itu
Putuskan cintaku
Dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
Dan memulai jalin cinta

reff:

Mau dikatakan apa lagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu

Andai aku bisa
ingin aku memelukmu lagi
di hati ini hanya engkau mantan terindah
yang selalu ku rindukan

back to reff

Engkau meminta padaku
Untuk mengatakan bila ku berubah
Jangan pernah kau ragukan
Engkau kan selalu di langkahku

back to reff

Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu

Yang tlah kau buat
sungguhlah indah
buat diriku susah lupa

...........MAJU DAN TEGARLAH BERKATA KRITIKAN.........


KRITIK. Kata yang tidak semua dari kita menyukainya, apalagi bila kritikan pedas yang diarahkan kepada kita itu tidak melihat situasi dan kondisi. Apapun yang dilakukan oleh manusia, baik ataupun buruk, itu tak lepas dari yang namanya kritikan. Aktivitas baik pun akan membuahkan kritikan, apalagi aktivitas buruk. Pengkritik tidak selamanya salah, namun tidak selamanya benar.
Terkadang maksud mengkritik itu baik, dengan tujuan agar seseorang mau membenahi diri, tetapi penyampaian kritik yang kurang tepat dapat dengan mudah membuat salah paham dan menghasilkan respon yang tidak baik dari pihak yang dikritik.
Terkadang pula kondisi hati yang lagi bad mood membuat orang salah persepsi dalam menilai sebuah kritikan. Misalkan teman anda berjerawat di keningnya, lalu anda menciumnya dengan maksud menunjukkan kasih sayang yang anda miliki pada teman tersebut, namun karena jerawat itu sakit bila disentuh, maka ciuman pada teman anda tersebut dapat menimbulkan reaksi marah. Maksud hati baik, namun kondisi tidak tepat, sehingga akan menimbulkan kejadian yang berakibat fatal.
Ada banyak tujuan maksud orang mengkritik, bisa karena peduli terhadap anda, juga sebaliknya, ada pula kritikan yang bersifat menjatuhkan. Anda bisa mendeteksinya dari pesan yang terkandung dari kritiknya dan dari adab dalam mengkritik. Jika mempunyai tujuan baik, pengkritik akan memilih menyampaikan kritik melalui cara yang santun dan bukan di tempat umum. Cara ini lebih cenderung akan membuat pihak yang dikritik bisa menerima dengan lapang dada, sepedas apapun kritik yang disampaikan. Namun jika kritikan tersebut di tempat umum, itu bisa membuat pihak yang dikritik tersinggung dan marah.

…Ada banyak tujuan maksud orang mengkritik, bisa karena peduli terhadap anda, juga sebaliknya, ada pula kritikan yang bersifat menjatuhkan…

Banyak cara menguatkan diri saat menghadapi kritikan, dan anda bisa menjadikan kritikan sebagai karunia besar dari Allah Yang Maha Rahman, antara lain:
1. Hadapi kritikan dengan sabar dan ikhlas
Anda semua tentunya tahu sejarah Rasul yang mulia saat mendakwahkan Islam ke bani Thaif. Saat itu istri tercinta beliau, Khadijah belum lama wafat. kesedihan menghampiri beliau, dan saat mendakwahkan Islam rahmatan lil ‘alamin, bukannya hal baik yang beliau terima, namun umpatan, makian dari warga yang terjadi saat itu, namun dengan penuh kesabaran Rasulullah bertahan dengan situasi yang pedih itu. Subhanallah, sebuah teladan yang sempurna bagi umatnya.
2. Jadikan kritikan sebagai training gratis untuk menguatkan kepribadian
Sekarang ini telah banyak diadakan seminar dan workshop pengembangan kepribadian oleh beberapa lembaga seperti Quantum Ikhlas, dll. Bahkan pembicara dari lembaga sejenis itu juga sudah merambah hingga ke luar negeri. Beberapa kali seminar seperti itu diadakan di negeri beton, dengan menghadirkan pembicara dari Indonesia, peserta selalu membludak. Walaupun biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, tapi banyak peminat karena ingin ada peningkatan kualitas berpikir. Peserta harus mengikuti serangkaian program dan aturan yang ditentukan oleh pembicara.
Apa hubungannya antara kritik dengan seminar di atas?
Jika seminar di atas dilakukan berdasarkan pertimbangan yang matang, terencana, dan mengeluarkan uang, tapi hal ini tidak berlaku untuk sebuah kritik yang anda terima. Kritik itu bersifat spontan dari orang, tanpa diminta, anda bisa menjadikan kritikan dari orang lain untuk meningkatkan kekebalan mental secara gratis, maknai sebuah kritikan itu sebagai jembatan pembentukan pribadi yang kuat dan matang, jangan dipahami secara negatif yang dapat mengakibatkan semangat anda tercuri.
3. Nikmati kritikan-kritikan itu
Anda pasti tahu buah durian, aromanya yang menyengat membuat orang tidak tahan, namun rasa buahnya yang manis membuat lidah ingin mencicipinya. Jika anda termasuk orang yang tidak menyukai aroma durian, tapi menyukai rasa buahnya, cara paling efektif untuk memakannya adalah, nikmati saja rasa kelezatan buah durian, jangan fokus mencium baunya yang membuat anda ingin lari menjauhi. Begitupun sebuah kritikan, jangan fokus pada pedas dan menyakitkannya sebuah kritikan, tapi nikmati saja kritikan itu dengan santai, jadikan pembelajaran untuk menguatkan kesabaran.

…Jangan fokus pada pedas dan menyakitkannya sebuah kritikan, tapi nikmati saja kritikan itu dengan santai, jadikan pembelajaran untuk menguatkan kesabaran…

4. Berterima kasih pada pengkritik
Sulit memang menyembunyikan rasa kecewa bila dikritik oleh orang lain, tapi orang-orang yang berjiwa besar tidak menjadikan sebuah kritikan itu sebagai penghalang cita-citanya. Pepatah mengatakan,
‘Berterima kasihlah pada orang yang telah menjatuhkan anda, karena ia telah menguatkan kemampuan anda’. ‘Berterima kasihlah pada orang yang telah mengecam anda, karena ia telah menumbuhkan ketenangan dan kebijaksanaan anda’.
Jadi, makna kritikan itu hendaknya dipahami sebagai alat untuk menambah kebijaksanaan, kearifan, kedewasaan dalam menambah kualitas diri, bukan dipahami sebagai alat yang bersifat menjatuhkan.
You are what you think, anda sebesar perasaanmu.
Orang-orang besar seperti Thomas Alva Edison selalu menuai kritikan sewaktu proses melakukan riset, tetapi tidak pernah membuka telinga terhadap kritik yang dapat menjadi boomerang dalam meraih mimpinya.
5. Anda adalah nahkoda bagi hidup anda
Allah menganugerahkan hidup ini dengan sebaik-baik bentuk takdir, membekali kita akal yang berfungsi untuk berpikir, membedakan sesuatu yang baik dan buruk.
Anda bisa mendayagunakan anugerah Allah tersebut, hendak ke mana hidup ini anda bawa saat mengemudikan perahu anda, menuju pulau mimpi, tetapi di tengah perjalanan datanglah orang yang melubangi perahu anda, agar bocor dan air masuk ke dalam perahu anda. Apakah anda akan membiarkan orang tersebut menenggelamkan perahu anda, atau anda mencegah orang tersebut? Begitulah hidup, anda harus mempunyai serangkain mimpi/cita-cita, namun, janganlah mudah membiarkan orang lain merobek mimpi anda.

…Tak perlu takut atau marah terhadap kritik, jika anda yakin bahwa jalan yang di tempuh itu benar, teruslah melangkah…

6. Kritik itu sesuatu yang wajar
Kritik itu pasti akan mengikuti selama manusia itu bernafas, jadi tidak perlu fokus pada kritikan yang bersifat melemahkan, pepatah mengatakan, ’Tak seorang pun pernah meraih kesuksesan tanpa terlebih dahulu harus menggung hujan kritikan yang melemahkan hati dari kawan maupun lawan’, So tetap semangat terhadap segala kritik.
Jadi tidak perlu takut atau marah terhadap kritik, jika anda yakin bahwa jalan yang di tempuh itu benar, teruslah melangkah

macam-macam cinta dan cinta macam macam

Topik tentang cinta memang tak ada matinya. Tema yang satu ini tidak pernah tidak laku, lantaran semua manusia mengimpikannya. Cinta bisa membuat hidup manusia berbunga-bunga, bagaikan tak ada lagi yang dipedulikannya. Tapi cinta juga yang bisa membuat hidup lebih sengsara daripada di penjara, karena tak ada penjara yang lebih menyakitkan daripada cinta yang tak tersampaikan.

Tapi makna cinta itu sendiri sudah tidak jelas lagi maksudnya apa, karena masing-masing orang menggunakan definisinya sendiri-sendiri. Bahkan pintu diskusi pun tak jarang ditutup dengan mengatakan bahwa ”cinta memang tak bisa dilogikakan”. Mungkin ungkapan ini disebabkan oleh banyaknya orang yang tak bisa diajak berpikir logis kalau sedang jatuh cinta. Tapi kalau putus cinta menghasilkan pembunuhan, apakah pelakunya akan dibiarkan lepas dengan alasan akalnya sudah tak sehat lagi? Biasanya tidak.

Orang bilang, cintalah yang bisa menyatukan dua manusia yang berlainan jenis. Memang betul, manusia punya fitrah untuk saling berpasang-pasangan dan saling membina cinta. Tapi sekarang, yang sejenis pun ingin bercinta-cintaan. Kata mereka, yang penting cinta. Lebih baik homoseks tapi cinta daripada heteroseks tapi terpaksa. Lalu dikemanakan opsi heteroseks + cinta?

Bagaimanapun, sampai detik ini kita belum mengenal pasangan homoseks yang dijadikan model bagi keluarga bahagia. Sebab di dalamnya senantiasa ada kepura-puraan; ada yang berpura-pura maskulin, ada juga yang berpura-pura feminin. Laki-laki yang berpura-pura jadi perempuan, biarpun genitnya melampaui perempuan, ketika marah ia tetaplah lelaki. Fisik menjadi andalan, dan kalau sudah tidak ada jalan keluar maka pilihannya hanya kekerasan. Kekuatan lelaki yang dipadu dengan perasaan sensitif perempuan adalah kombinasi yang berbahaya. Itulah sebabnya seorang waria lebih berbahaya, karena kalau sampai ia terbawa perasaan (seperti perempuan) dengan tenaganya yang murni lelaki, maka tidak jarang menghasilkan pembunuhan-pembunuhan sadis seperti yang dimuat di surat-surat kabar. Kerancuan yang serupa (walau tak sama) pasti dialami juga oleh perempuan yang berpura-pura menjadi lelaki. Biarpun berusaha untuk tampil jantan layaknya lelaki, suatu saat ia terpaksa mengakui juga bahwa ia adalah perempuan. Pada akhirnya mereka juga akan kehilangan sumber cinta yang lain, yaitu keturunan, karena untuk dapat keturunan tak bisa berpasangan dengan sesama jenis. Ada yang memaksakan diri mengadopsi anak, tapi anak itu dikhawatirkan tak bisa mendapatkan cinta yang seimbang layaknya anak-anak lain, karena ayahnya bukan benar-benar lelaki, atau ibunya yang bukan benar-benar perempuan. Cinta macam apa gerangan yang mengorbankan kepentingan anak?

Ada yang bilang dirinya sedang jatuh cinta, tapi jatuh yang ini sama sekali tidak sakit. Kalau penasaran, iya! Tapi orang yang sama bisa saja dalam waktu singkat mengalami putus cinta, walaupun cintanya tak benar-benar putus. Kalau sudah benar-benar putus, tentu takkan sengsara. Kalau sudah cinta pada orang, cinta pada diri pun kadang terlupakan. Maka ketika cinta tak sampai, hilanglah penghargaan pada diri sendiri. Hari-hari dilalui dengan murung, hidup sudah enggan, bahkan banyak yang lebih ingin mati saja.

Bagi sebagian orang, cinta itu semacam ketetapan hati manusia yang tak boleh diganggu gugat, bahkan oleh Tuhan sekalipun. Kalau sudah memutuskan untuk jatuh cinta, maka tak ada yang boleh mengajukan kritik atau interupsi. Ketika mata tertuju pada satu orang lelaki atau perempuan, maka populasi manusia yang lainnya sudah dianggap tidak relevan. Begitu kenalnya manusia dengan cinta, sehingga seolah-olah ia tak mungkin salah. Seolah-olah ia sudah menemukan yang terbaik, dan tak ada lagi yang lebih baik darinya.

Setelah menjadi kata benda, cinta pun disulap menjadi kata kerja. Maka ramailah penyanyi berdendang, ”mari bercinta...” Siapa yang tak mampu memaknai ungkapan ini jika ditingkahi dengan tari-tarian erotis penyanyi dan para penari latarnya? Dalam logika Barat, cinta bahkan sudah bisa direkayasa (“make love”), bahkan mungkin diproduksi massal. Tapi mereka menipu diri sendiri, karena banyak yang berani mengajak “make love“ tapi sedikit saja yang berani mengatakan “I love you!”. Maka manusia pun berubah menjadi binatang-binatang buas yang mencari pasangan sekedar untuk menunaikan hak tubuhnya sendiri.

Ada juga jenis cinta yang lain, yang jauh dari kebinatangan manusia atau kemanusiaan binatang. Cinta jenis ini tak mungkin hadir tanpa tanggung jawab. Cinta ini tidak hanya pandai bicara tentang keinginan dan kebutuhannya sendiri, melainkan justru dengan sigap menangkap keinginan dan kebutuhan obyek cintanya. Pasangan yang memupuk cinta semacam ini tidak perlu wajah molek dan tubuh seksi, karena waktu yang berjalan sudah cukup baginya. Semakin banyak waktu dihabiskan bersama, semakin mereka tak bertanya-tanya lagi soal cinta.

Kata seorang ustadz, para sahabat Rasulullah saw. dulu menikah bukan dengan pertimbangan cinta, tapi tanggung jawab. Kalau sudah pantas menikah, dan sudah siap bertanggung jawab, maka menikahlah. Cinta akan tumbuh belakangan, perlahan dan pasti. Berbeda sekali dengan orang yang belum apa-apa sudah dimabuk cinta, dan akhirnya terjerumus ke dalam jurang kenistaan, hingga akhirnya dipaksa-paksa untuk bertanggung jawab.

Pernikahan macam apa yang tidak dimulai dengan cinta? Mungkin pertanyaan yang lebih penting untuk diajukan adalah: Cinta macam apa yang tidak lahir dalam sebuah pernikahan? Sebab hanya pernikahanlah yang membuka semua tabir, sehingga tak ada lagi kepura-puraan di antara kedua belah pihak yang mengikat janji. Pada saat itulah pembicaraan tentang cinta menjadi benar-benar valid, karena cinta muncul dalam bentuk sejatinya, bukan hasil rekayasa atau akting semata